NUROT BANYU RITUAL YANG DILAKUKAN PETANI DI KECAMATAN MATESIH ZAMAN DAHULU DI DALAM MENDAPATKAN AIR DI MUSIM KEMARAU PANJANG. Salah satu Potensi Andalan Kecamatan Matesih ada di Sektor Pertanian, Beragam Jenis Pertanian Berkembang, hasil Bumi dari Kebun ada Tanaman Buah, yang terkenal dari kecamatan Matesih ada Buah DUKU MATESIH ada pula DURIAN MATESIH Sedangkan dari tanah Sawah cocok untuk tanam Padi maupun Sayur-sayuran. Sawah di Matesih bisa di olah sepanjang Tahun dan bila selama satu tahun penuh Sawah di Kecamatan Matesih hanya di buat menanam padi bisa Panen Tiga Kali atau tiga kali musim Panen. Dahulu Musim Tanam Padi se Kecamatan Matesih serempak dan musim panen terbagi menjadi beberapa musim, yaitu Musim Labuhan, Musim Marengan, dan Musim Ketigan
MASA PANEN MUSIM LABUHAN ini adalah Panen Padi di awal musim penghujan yang biasa di sebut Mongso Labuhan musim dimana waktunya Jagung di ladang Mulai Tumbuh dan biasanya pada waktu itu laron keluar dari sarang serta manuk/Burung Terik Berterbangan. Masyarakat dahulu sering mengatakan kedatangan burung ini dengan nama MANUK TERIK LABUHJAGUNG. Musim panen Padi Mongso Labuhan atau saat awal-awal musim penghujan biasanya lumayan bagus hasilnya di bandingkan masa Panen setelah musim ini yaitu Masa panen selanjutnya adalah Mongso Marengan
MUSIM PANEN PADI MONGSO MARENGAN adalah musim panen padi di akhir/penghujung musim hujan yang pada masa/waktu itu bisa di sebut Mongso Mareng yaitu saat dimana BINATANG GARENG atau GARENGPONG menetas dan Berbunyi nyaring. Masa Panen Padi di waktu Begini biasanya hasil panen Sedikit merosot/menurun, tak sebagus Musim Panen Sebelum Maupun Setelah musim ini. Selanjutnya musim panen Mongso Ketigan
MONGSO KETIGO adalah nama untuk Musim Kemarau. Musim Panen Padi MONGSO KETIGO atau pada musim kemarau biasanya adalah hasil Terbaik dari Panen Padi musim musim lainnya, asalkan kebutuhan Air Tercukupi, Kalau Sampai Kebutuhan air Tanaman padi pada musim ini tidak tercukupi mungkin saja hasil panen merosot atau bahkan gagal sama sekali, tanaman Padi Kalah sama rumput liar mungkin jadinya. Pada Musim kemarau yang Lumayan Panjang Petani Di Matesih butuh Parjuangan Extra/Usaha lebih untuk mencukupi Kebutuhan Air untuk SawahNya. Untuk Itulah ada ritual Tahunan Petani Matesih pada masa-masa Kemarau Panjang
Untuk Memenuhi Kebutuhan air Irigasi Sawah di musim Kemarau Yang Panjang Petani Matesih harus Begadang dari sore hingga Pagi dan Berganti Siang guna NURUT BAYU. Apa itu Nurut Banyu? Ini adalah Ritual Petani di Kecamatan Matesih Untuk Mendapatkan air saat musim Kemarau. Bagaimana dan apa saja yang di lakukan dalam ritual itu?
Zaman dahulu Sebelum Musim orang Pada Punya Sepeda Motor Ritual Nurut Banyu Petani Matesih Dimulai Pada Petang hari. Setelah Sore menjelang Petang Di Musim Kemarau Panjang Belasan bahkan kadang sampai berpuluh-puluh Orang Petani Matesih Mencarter/Sewa Mobil untuk pergi Ke Tawangmanggu dengan tujuan Nurut Banyu mencari air irigasi sawah.
Di Tawangmangu Rombongan Turun istirahat sebentar Ngopi di warung sambil Membagi rombongan jadi beberapa kelompok/team dan jadwal tugasnya. Satu Tim terdiri Dari dua sampai tiga orang, setelah sejenak istirahat dan Ngopi, kira kira sehabis waktu Isya’ Team Pertma berangkat Untuk menjebol Bendungan-bendungan air di Hulu Kali Samin.
Bendungan Pertama yang di jebol Letaknya berada di atas Grojogan Mbeji atau Air terjun Grojogan Sewu. Dia tas Grojogan sewu ada dua atau tiga bendungan yang harus di jebol. Setelah Menjebol bendungan lalu berjalan turun menyelusuri aliran Kali/Sungai Samin, dan menjebol Tiap tiap bendungan di Sepanjang aliran Kali/Sungai itu.
Satu jam Kemudian rombongan/Team Ke Dua menyusul Mengecek dari bendungan Pertama Yang dijebol Lalu berjalan turun menyelusuri aliran Sungai Memastikan Bendungan-bendungan yang di jebol Team yang pertama tadi tidak di kembalikan alias di bendung lagi, jika bendungan dikembalikan alias di bendung maka di dadal/di jebol lagi, Satu Jam Kemudian Rombongan/team Ke Tiga menyusul dan begitu pula Seterusnya.
Team Pertama PENURUT BANYU/Petani Pencari Air irigasi Sampai di Matesih antara Waktu fajar Sampai waktu Subuh. Sesampai Di Matesih Bareng/bersamaan Sampainya air yang di bawa dari Hulu Sana, lanjut mengurusi Air Masuk SawahNya sampai Rata, setelah rata ganti Sawah Petani Lainnya, begitu seterusnya hingga rata Pengairan semua Sawah-sawahNya.
Zaman dahulu tiap-tiap Dawuan (nama untuk Bendungan Air) Terdapat Kedungan atau Embung yang menggenag/menampung air yang Lumayan banyak, Dari Kedung/Embung/kantung-kantung air di Tiap-tiap Dawuan/Bendungan Air Yang Di jebol ini saat sampai di Matesih aliran air si Kali Samin jadi Besar/Deras sekali. Semula Kali Samin aliran airnya kecil mendadak menjadi Besar/Deras Sekali. Dengan ritual Nurut Banyu ini aliran air Kali Samin di musim kemarau bisa menjadi Besar/Deras seolah bukan Musim Kemarau dan dalam Semalam bisa rata untuk mengairi Sawah Satu Dua Desa.
Nurut Banyu sekarang ini sudah tidak seramai dahulu lagi dimana hingga Berpuluh-puluh orang Petani bersama-sama, karena terkadang Petani dari Beberapa desa gabung jadi satu didalam melakukannya. Petani Matesih yang terkenal Paling Getol dalam Kegiatan Nurut Banyu ini adalah Para Petani yang berasal dari Desa Dawung dan Desa Plosorejo.
Zaman sekarang Tiada lagi acara nyarter Mobil segala, karena masing masing telah bersepeda motor dan Ritual Nurut Banyu Tidak lagi dengan Berjalan Menyelusuri sepanjang aliran kali/Sungai, Namun dengan bersepeda Motor lewat jalan raya lalu mendatangi tiap tiap Dawuhan/Bendungan, lebih menyingkat waktu dan tenaga Pastinya, paling butuh bensin saja., ditambah lagi Petani di Matesih sekarang ini musim Tanam Padi kini tidak serempak seperti zaman dahulu, ada yang Panen ada yang lagi Tanam, ada yang tanam sayuran dan ada pula yang tanam Buah dan lain-lain lagi.
Di dalam Nurut Banyu sekarang ini tidak lagi Bisa mengalirkan air sebesar dahulu di mana aliran air Sungai Samin Mongso Ketigo alias musim kemarau bisa Seolah banjir saja. Aliran air Kali Samin sekarang ini walau Sudah dilakukan Nurut Banyu arusnya biasa biasa saja karena kini Tiap tiap Bendungan Sudah terbuat dari Tembok Beton Dan kini Sudah tiada lagi Kedungan/Embung genangan air yang bisa di jebbol Seperti dahulu dan sepertinya Terbukti Candrane/Jangka/Perkataan/Ramalan Kakek Nenek dahulu "bakal ono mangsane KALI ILANG KEDUNGE... lan sak teruse" yang berarti Sungai Kehilangan Lubuk alias Tiada Lubuk di Sungai Lagi
Posted by 12.23 and have
0
komentar
, Published at
Tidak ada komentar:
Posting Komentar