CERITA MISTERI KEDUNG GUPIT

CERITA MISTERI KEDUNG GUPIT

KEDUNG GUPIT ini sebenarnya bukan betulan cerita misteri karena ini adalah nyata terjadi, namun karena ada sedikit misteri di kejadian ini maka saya gunakan untuk judulnya. Di sisi barat Gunung Lawu Sungai-sungai pada akhirnya bermuara di Bengawan  Solo. Beberapa sungai jadi satu sebelum  bermuara di Bengawan Solo.
Salah satu sungai Utama di sisi barat Gunung Lawu adalah Kali Samin. Sungai Samin ini Mulai dari Tawangmangu Sampai Hampir di Bengawan Solo Masih satu nama yaitu Kali Samin. Sungai ini menampung dari banyak sekali anak sungai baik besar maupun kecil.

Salah satu anak Sungai Samin Ini ada Kali Lebet yang berhulu di bukit Layu atau Giri Layu dan berakhir muara di Kali Samin.

Kali Lebet ini Berarti Sungai Dalam di mana sungai ini dahulu terdapat banyak sekali kedungan (istilah basa setempat untuk Lubuk) yang sangat dalam.

Dahulu salah satu Kedung/Lubuk yang Sangat dalam di Kali Lebet ini adalah Kedung Gupit. Nama Kedung Gupit ini karena memang tempat ini ada bagian yang menyempit namun dalam sekali.

Dahulu di Gupitan ini dalamnya di jajaki(di ukur kedalamnya) dengan Bambu Pentung, Bambu yang paling besar dan panjang.  Dengan di jajaki sebatang Pring/bambu Petung saja tidak Jajak atau tidak bisa tadas sampai dasar Kedung/Lubuk ini, kebayang kan seberapa dalam Kedung/lubuk ini.

Saat Banjir besar, Sebesar apapun banjirnya dahulu di Gupitan ini air tidak pernah meluap. Aliran air diatas Gupitan ini Meluap-luap namun begitu melewati Gupitan ini aliran air itu seakan tersedot dan di akhir Gupitan air menyembul Meluap-luap lagi.

Di tepi Lubuk Ini Tumbuh Pohon yang Begitu Besar yang sudah sangat tua terlihat usia pohonya. Sebagaimana jamaknya pohon besar nan tua bukanlah satu pohon melainkan beberapa Pohon tumbuh disitu menjadi satu batang. Pohon Utama ada pohon Gayam yang ditumpangi beberapa pohon, ada Beringin, Bulu, Rempelas dan lain-lain.

Setiap kali pohon Gayam berbuah Buahnya di manfaatkan warga setempat, Di kupas kulit dan di ambil daging buah direbus dan di makan rasanya lumayan gurih, walau tak segurih kacang apalagi mete, tidak-tidak segurih itu ya! tapi lumayan gurih enak dan aman di makan pokoknya.

Pohon Beringin juga terlihat sebagai batang utama karena akarnya membalut sisi luar sebagian batang pohon Gayam yang cakupannya hampir setengahnya. Akar gantungnya menjuntai dari dahan-dahan menambah rimbun  suasana.

Adalagi Pohon Bulu yang menempel dan tumbuh di atas pohon Gayam yang jadi pohon Utama, Pohon Bulu juga masih sejenis dengan Pohon Beringin, namun Pohon Bulu daunnya lebih tebal dan lebar. Pohon beringin mempunyai akar gantung sedangkan pohon bulu tanpa akar gantung. Dari ukuran buah juga sangat berbeda, Buah Beringin kecil-kecil sedangkan buah bulu lebih besar, ukuran rata-rata sebesar ujung jempol orang dewasa. Tiap kali dua pohon  ini Pohon beringin dan pohon bulu berbuah Burung Burung Pemakan Buah Berdatangan dan burung paling banyak dan suka sekali memakan buah Bulu adalah Burung Katik atau Burung Joan.

Burung Katik/Joan masih satu keluarga dengan burung tekukur, hanya saja makanan utama burung ini adalah buah dan  buah bulu adalah kesukaannya.

Nama Katik atau Burung Joan di ambil dari suara dan warnanya. Saat berkicau suara burung ini terdengar: "Ktik tik tik tik", Semacam atau mirip-mirip itu lah pokoknya, dari suaranya itulah disebut Manuk Katik. Warna Bulu paling dominan hijau sedikit coklat abu-abu, kerena warna yang dominan hijau ini di sebut Manuk Joan.

Masih banyak lagi pohon pohon kecil dan sedang yang menumpang di pohon Gayam beringin maupun Bulu, ada Pohon Rempelas yang daunnya kasar bisa di buat mengaplas menghaluskan sesuatu, berapa jenis tumbuhan paku dan juga anggrek yang berwarna-warni saat tiba musim berbunga.

Karena Kedung Gupit Terlindungi Pohon besar di tepiannya ini menambah kesan begitu angker tempat ini. Banyak sekali Ikan besar hidup di Lubuk ini, Begitu pula Kedung Gupit juga jadi tempat tinggal Kura-kura air tawar yang masyarakat sekitar menyebut dengan nama Bulus.

Dahulu banyak sekali Bulus di Kedung Gupit ini yang sampai ukuran monster Raksasa. Saat pagi menjelang siang Bulus Pada keluar untuk berjemur, adapula yang sekedar menampakan kepala saja namun badan masih berendam di dalam air.

Banyak juga Ikan besar yang besar ukuran monster pula. Salah satu ikan yang ukuranya bisa sampai lebih besar dari paha orang dewasa adalah ikan Palung, Ikan ini bentuknya sebenarnya seperti ikan wader hanya saja beda di sirip yang berwarna kuning ke emasan dan ukurannya yang Raksasa.

Meski di tempat ini banyak sekali Ikan dan kura-kura raksasa warga setempat tidak ada yang berani untuk mengambil nya, bagi warga sekitar jika mancing di Kedung Gupit ini hanya mengambil ikan- ikan dengan ukuran yang wajar saja dan jika mendapat ikan dengan jenis dan ukuran tak wajar Takan di ambil dan pasti di kembalikan dengan di lepas lagi, Kecuali mendapatkan ikan dengan ukuran besar sudah tidak lagi di area Kedung Gupit ini baru warga sekitar berani mengambil dan mengkonsumsinya.

Pohon Besar yang ada di pinggir Kedung Gupit ini juga tak sembarang orang berani berdekat-dekat padanya, Namun tidak begitu dengan Tetua di Dusun Itu. Mhah Karno Namanya, Dia yang pada akhirnya Menebang Pohon Tua di tepi Kedung ini, Meski bukan Dia sendiri yang menebangnya melainkan Mbah Karno Mengadani atau bertangungjawab atas penebangan pohon tua itu.

Untuk menebang pohon Tua itu Mbah Karno Menyuruh Orang lain untuk menebangnya. Hari Pertama Penebangan di lakukan dengan memotong dahan-dahan dari berbagai pohon yang menjadi satu batang, Hinga beberapa hari tinggal batang pohon Beringin yang tersisa, karena sudah sore maka Penebang itu turun dan menyudahi pekerjaan nya untuk hari itu dan akan di lanjutkan besoknya.

Di pagi harinya di mana biasanya datang sarapan lalu memulai pekerjaan menebang pohon, namun beda dengan pagi itu. Penebang Pohon itu terlihat begitu risau dan akhirnya mengutarakan kerisauannya itu Pada Mbah Karno yang menyuruhnya Menebang Pohon Tua itu, Bahwa Dia Tidak bisa melanjutkan pekerjaan menebang pohon itu. Di tanya Mbah Karno sebab apa tidak bisa melanjutkan namun sampai di dedes-dedes/ditanyai terus tetap tidak mau menyampaikan sebabnya, Pokoknya dia tidak bisa melanjutkan pekerjaannya itu saja jawabannya.

Pada akhirnya Mbah Karno Menyampaikan Padanya: "Sudah sekarang begini, Kamu ini Lelaki memalukan jika melakukan pekerjaan tidak sampai selesai. Jika terjadi apa-apa dalam pekerjaan ini kecilnya kamu terluka bahkan sampai jika sampai mati dalam pekerjaan ini, Istri anak dan cucumu aku yang menanggung". Beberapa waktu Penebang Berpikir, duduk, berdiri, jalan kesan duduk lagi beberapa kali dan akhirnya berkata Ya sudah saya lanjutkan pekerjaan ini.

Setelah mendapat jawaban dari penebang pohon itu Mbak Karno Masuk rumah dan beberapa saat kemudian keluar membawa Kerenjang Bandatan(keranjang dengan tali yang biasa untuk memikul kanan kiri) Mbah Karno berkata: "Ini aku beri Piranti(peralatan) nanti bila bertemu apa saja wujudnya yang bernyawa, kamu Hela ga mau pergi juga, jangan kau apakan, Taruh saja Itu di sini(Kenjang Bandatan/Keranjang dengan Tali) Bawalah ke Pohon lngas sana". Tidak jauh dari Pon tua ada Pohon Ingas, pohon yang getahnya membuat gatal-gatal Kulit.

Saat melanjutkan, di tengah-tengah  Pekerjaannya ada seekor Walang kadung bahasa setempat untuk cancorang/Mantis atau belalang sembah, di gusah(di Hela) tidak mau pergi juga, akhirnya di sosrok(diambil dari bawah) dengan Bethek(bilah bambu) lalu di masukan ke keranjang Bandatan. Di pikul dua orang menuju pohon Ingas di seberang sana. Anehnya waktu di ambil dan di taruh ke keranjang biasa saja layaknya belalang pada umunya, namun saat di bawa dengan di pikul dua orang keberatan bahkan sampai harus istirahat beberapa kali hanya untuk memindahkan walang Kadung/Belalang Sembah ke tempat yang tidak begitu jauh jaraknya.

Walau dengan susah payah akhirnya sampai juga di tempat Pohon Ingas berada dan Cancorang tadi di letakkan di situ lalu mereka kembali untuk melanjutkan pekerjaan menebang pohon lagi. Samapi berminggu-minggu bahkan hitungan bulan hingga selesai tuntasnya penebangan pohon tua di tepi Kedung Gupit ini.

Setelah sekian lama Kedung Gupit ini tanpa pohon besar yang menaungi kini Kedung ini seakan hilang tak seperti lubuk yang dalam seperti dahulu lagi. Bulus/Kura-kura air tawar serta ikan-ikan ukuran Monster Raksasa kini sudah tiada lagi yang menghuni Tempat ini. Dan tempat ini kini jadi Bantaran yang gak begitu dalam selayaknya lubuk-lubuk lainya dan sepertinya terjadilah apa yang di katakan orang-orang dahulu "Kali Ilang Kedunge, Pasar Ilangg Kumandange".






Terimakasih Telah Membaca: "CERITA MISTERI KEDUNG GUPIT" Jika Berkenan Silahkan Bagikan Pada Kawan-kawan Di:

Twitter Google+ Fb Share
Posted by Mus Jono, Published at 18.14 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar