SEIKAT PETAI PENYELAMAT JIWA--- Sungguh sangat lebay kali judul posting kali ini, Petai saja menyelamatkan jiwa bagai mana bisa? Tapi tidak apa-apa juga kan karena memang itu adalah kenyataan atau kisah nyata. Memang hidup dan mati seseorang sudah digariskan yang di atas sana, bila sudah saatnya tidak bisa kematian itu datang tidak bisa ditunda walau sesaat, begitu pula Bila belum saatnya kematian itu datang pada seseorang walau apa yang terjadi menimpa seseorang bagaimana keadaannya, selama belum saatnya ketentuan waktu matinya seseorang ada saja sarana penyebab keselamatan dari mara bahaya yang mengakibatkan berpisah jiwa dengan raganya.
Satu contoh adalah kejadian di tahun sembilan puluhan tepatnya berapa saya lupa, di belakang rumah saya saat ada seorang buruh pemetik buah buahan yang saat kelar memanen petai dan membawanya dengan diikat dan di pikul. Karena tempat panen dan rumah pemilik petai ada di seberang sungai pemetik petai tadi memikul melintas di Kali Samin. Namun saat berada di tengah-tengah sungai tiba-tiba Banjir air bah datang dan menyapu menghanyutkan Pemetik Petai itu.
Ajaib kejadian saat itu memang, karena jarang jarang orang yang tersapu air bah yang daras itu bisa selamat. Namun setelah Dia terseret di derasnya banjir Dari Bendunngan Jlokowetan Sampai di Bendungan Cangkring yang berjarak hampir satu kilometer nyawanya masih terselamatkan juga. Saat di bendungan dusun cangkring ada salah satu warga yang tidak lain adalah tetangga saya mengulurkan galah bambu dan Orang tadi meraih dan berhasil diangkat dari sungai.
Saat ditarik pemetik petai itu masih memegang seikat petai yang hanyut bersamanya dan yang menolong menyuruh melepaskan saja yang penting Dia selamat tidak usah memikirkan petai yang tidak seberapa nilainya. Ternyata dia mati matian mempertahankan petai karena takut kena marah pemilik petai sehingga mati matian mempertahankan petai itu.
Namun dibalik Pemetik petai itu mati matian menyelamatkan petai itu ternyata malah Petai itu yang menyelamatkannya dari kematian. Hal itu terjadi saat Dia berupaya petai tetap berada di gengamannya tanpa
disadari beberapa kali kepalanya terlindung dari benturan langsung dengan batu saat hanyut oleh derasnya banjir air bah saat itu.
Kematian seseorang memang sudah ada saat ketentuannya. Bila belum saatnya apapun yang terjadi walau sebenarnya kecil kemungkinan seseorang selamat dari suatu bencana, namun ada saja sarana penyelamat dari sebuah bencana. Satu contoh kisah di atas seorang yang bermaksud menyelamatkan petai nyatanya petai itulah yang justru sebagai sarana penyelamat jiwanya. Seandainya dia tidak berupaya menyelamatkan seikat petai itu mungkin saja malah tidak selamat jiwanya dari ganasnya arus air Bah yang sangat deras dan dipenuhi dengan bebatuan besar di sungai itu. Karen setelah selamat Orang tadi baru sadar bahwa seikat petai ini telah beberapa kali melindungi kepalanya dari benturan langsung dari batu batu di sungai itu.
Posted by 16.39 and have
0
komentar
, Published at
Tidak ada komentar:
Posting Komentar