LEGENDA BAWANG PUTIH BAWANG MERAH

LEGENDA BAWANG PUTIH BAWANG MERAH

LEGENDA BAWANG PUTIH BAWANG MERAH-- Bawang, Banyak cerita legenda d
Yang mengisahkan tentang Bawang. Dan kali ini Saya tulis Cerita Rakyat Yang berkembang di Karanganyar, Tawangmangu Khususnya dan lebih Spesifik Lagi Cerita Legenda Terjadinya Bawang Di Desa Blumbang dan Pancot tentang Legenda Terjadinya Bawang Yang mana Bawang Putih pernah berjaya Sebagai tanaman yang mengangkat kesejahteraan Petani Bawang Tawangmangu Dahulu.


Dari cerita legenda itu membuktikan Bahwa ada Tanaman Bawang Lokal Asli Tawangmangu, Yang dahulu tercipta dari Siung atau gigi taring Buto atau Raksasa Jahat Yang dibunuh Raden Gatotkaca Seorang Prajurit Sakti Yang Berkasatrian Atau Barak Di Pringondani. Pringondani Ada di Gunung Lawu Di Utara Desa Blumbang Pancot itu.

Kisah ini hanya cerita legenda walau Sampai kini Benda benda dalam cerita legenda itu masih ada namun tetap saja tidak bisa membuktikan kebenaran nya. Jadi sekali lagi ini hanya cerita legenda dan tidak bisa di percayai kebenarannya dan tiadalah elok membahas percaya dan tidak percaya tentangnya dan cukuplah di nikmati sebagai dongeng cerita legenda saja.

Bagaimana bisa Bawang berasal dari siung atau gigi raksasa dan apa hubungannya dengan Raden Gatutkaca Begini ceritanya:

Pada zaman dahulu kala Desa Blumbang Dan Pancot, Tawangmangu Di Ganggu dan di kuasai Buto atau Raksasa Jahat yang Bernama Pancatnyono. Manunso Buto atau Raksasa Pancatnyono ini Selalu Minta Dituruti Apa saja Kemauannya dan apabila Penduduk di dua desa itu tidak bisa memenuhinya maka Raksasa itu mengamuk dengan mengobrak abrik desa dan membunuh serta memangsa penduduk Dua desa
Blumbang dan Pancot Di Tawangmangu itu.

Dari keganasan Raksasa itu maka Penduduk Desa Blumbang dan Pancot akhirnya Berembuk Tentang musibah yang dialami dengan di ganggunya kedua desa itu oleh Makhluk Buto atau Raksasa. Maka Pemuka kedua desa Bertanya Kepada Pancatnyono Si Manungso Buto Atau Raksasa jahat, Apa maunya Sehingga Desa mereka Aman dan Tidak diganggu-nya.

Pancatnyono Manunso Buto atau Raksasa itu Bersedia untuk tidak mengganggu Kedua Desa itu asalkan Selalu disediakan Makanan untuknya dan Setiap Tahun  penduduk desa harus Mempersembahkan seorang Gadis belia untuk dimangsanya. Apabila penduduk desa tidak bersedia maka setiap saat Buto atau Raksasa itu akan selalu Meng obrak-abrik desa dan Memangsa siapa saja yang ditemuinya.

Dari permintaan Manungso Buto atau Raksasa itu Maka bermusyawarahlah penduduk Desa Blumbang dan Pancot. Kalau menyediakan makanan untuk Raksasa itu, Penduduk desa bisa Mengusahakannya namun untuk mempersembahkan gadis belia tiap Tahun untuk dimangsa Boto atau Raksasa tentu saja tak satu-pun orang tua yang rela. Namun apabila tidak menuruti itu maka celakalah semua Penduduk Kedua desa itu dan Semua akan Dimangsa Raksasa itu Satu persatu. Maka dari itu sepakatlah penduduk desa itu utnuk Bergilir Tiap tahun-nya Satu Keluarga Menyerahkan anak gadis Yang masih Perawan dan muda belia guna di persembahkan dan di mangsa Pancatnyono Manunso Buto atau Raksasa Jahat itu.

Begitulah akhirnya Penduduk desa selalu Menyediakan makanan untuk Manungso Buto alias Raksasa Jahat dan tiap tahun bergilir Satu keluarga Merelakan anak gadisnya Dimangsa Raksasa. Hal itu Berlangsung sekian lama Sehingga Desa pun Aman dan makmur makmur saja walau harus dibayar dengan kepiluan dengan dimangsanya satu gadis belia tiap tahun oleh Raksasa.

Hingga Tiba Suatu ketika Giliran seorang janda Tua yang hanya memiliki anak perempuan satu-satu nya namun harus menyerahkan anaknya itu untuk dimangsa Raksasa sebagai tumbal keamanan dan kemakmuran Desa. Janda tua itu sangat sedih dan pilu hatinya dan tidak bisa berbuat apa-apa. Karena kesedihan-nya sampai-sampai Setiap malam selama tujuh malam berturut-turut tiada henti Janda tua yang hanya punya anak gadis cantik satu satunya itu menangis sepanjang malam.

Hingga suatu ketika tangis-nya didengar Raden Gatutkaca yang Kebetulan Terbang diatas desa Blumbang, lalu ditanya kenapa Janda itu sampai menangis tiada heneti-henti. Janda itu pun menjelaskan kepiluan hati yang dihadapinya karena harus menyerahkan putri tunggalnya yang cantik untuk di jadikan tumbal kemakmuran desa.

Mendengar penjelasan Janda itu Raden Gatutkaca Menyesal Tidak mengetahui kalau desa yang di bawah Naungannya ternyata dikuasai Raksasa jahat yang mengerogoti ketenteraman dan kemakmuran desa. Maka Raden Gatutkaca berpesan Pada janda tua tidak usah khawatir akan anaknya bila sudah sampai saatnya Raden Gatutkaca lah yang bakal menggantikannya.

Tiba waktu untuk menyerahkan Tumbal seorang gadis perawan untuk dimakan Raksasa dan Raden Gatutkaca membo-membo atau menjelma menjadi gadis perawan muda yang serupa dengan anak janda tua itu, lalu Janda itu pun menyerahkan Raden Gatutkaca yang telah berubah wujud menjadi anaknya.

Setelah menyerahkan dan di terima, tiba waktu Raksasa jahat memuaskan hasrat dan nafsu memangsa manusia yang berupa gadis perawan muda belia yang dipersembahkan padanya. Namun saat akan menggigit dan memakan gadis itu, tiba tiba berubah wujud gadis itu ke wujud asli yang sebenarnya adalah Raden Gatutkaca. Raksasa Jahat disuruh untuk menghentikan perbuatannya mengganggu Kedua Desa itu Namun Raksasa itu tidak mau dan malah Mengajak bertarung sampai mati adu kesaktian dengan Raden Gatutkaca karena telah mengganggu Kesenangannya dan Pemuasan Nafsunya Memangsa Manusia.

Terjadilah Pertarungan diantara Raksasa Jahat dengan Raden Gatutkaca hinga ahirnya Rambut gimbal raksasa itu Terpegang oleh Raden Gatutkaca lalu ditarik dan dibenturkan kepalanya pada batu gilang sehingga pecah-lah kepalanya. Raksasa itu Tewas karana benturan kepala dengan batu gilang yang menyebabkan otaknya terpelanting jauh sampai desa Dawung dan mengeras hingag menjadi Gunung Gamping atau Bukit batu kapur yang merupakan satu satunya Gunung Gamping atau bukit batu kapur yang ada di Tawangmangu.

Sedangkan Siung atau gigi taring dan semua gigi giginya berserakan di dua Desa Blumbang Dan Pancot. Lalu Raden Gatutkaca Memerintahkan agar Siung atau taring yang putih putih rontok tidak ternoda darah dan gigi gigi yang rontok yang berwarna merah oleh noda darah Raksasa jahat itu untuk ditanam Warga Desa itu dan kelak dengan siung itulah yang akan memakmurkan desa itu.

Ditanamlah oleh warga desa Siung atau Gigi Taring Raksasa yang putih bersih dan dari Siung itu tumbuh sebuah tanaman yang berupa Tanaman bawang yang berwarna putih bersih dan dinamakan bawang putih, Sedangkan Gigi-Gigi yang berwarna merah karena noda darah ditanam dan akhirnya tumbuh juga tanaman bawang yang bijinya berwarna merah seperti darah yang diberi Nama Brambang atu Bawang merah.

Dengan menanam tanaman Bawang yang berasal dari Siung dan gigi raksasa itulah yang membawa kemakmuran Penduduk Dua desa itu juga desa desa sekitarnya ikut juga menanam tanaman itu yang membawa kesejahteraan Penduduk Tawangmangu.

Begitulah Cerita legenda terjadinya Tanaman Bawang Merah Dan Bawang Putih Yang Berkembang Di Kabupaten Karanganyar, Tawangmangu Khususnya dan lebih spesifik lagi legenda yang terjadi di Desa Blumbang Dan Pancot. Bukti dari legenda itu yang masih dikenang dan di pundi pundi penduduk desa itu sampai sampai saat ini adalah Pringgondani yang merupakan kasatrian Raden Gatutkaca yang berada di Hutan Gunung lawu di utara dua desa itu dan Watu gilang tempat Raden Gatut kaca membenturkan kepala Raksasa jahat pengganggu desa dan otaknya jadi Gunung Gamping atau bukit batu Kapur yang Berada De desa Ndawung Atau Mbandar Ndawung.

Hitungan satuan Bawang juga namanya siung bawang, karena memang bentuk bawang seperti siung dan kejadiannya berasal dari siung menurut versi cerita rakyat Leegenda Terjadinya Bawang Putih dan Bawang Merah.






Terimakasih Telah Membaca: "LEGENDA BAWANG PUTIH BAWANG MERAH" Jika Berkenan Silahkan Bagikan Pada Kawan-kawan Di:

Twitter Google+ Fb Share
Posted by Mus Jono, Published at 02.17 and have 0 komentar

Tidak ada komentar:

Posting Komentar